MASALAH ADALAH CARA TUHAN MENDEWASAKAN MANUSIA



Sebelumnya saya ingin berbagi kisah tentang pengalaman seseorang, yakni tentang seorang anak kuliah yang hanya tinggal dengan ayahnya dikarenakan bebarapa tahun yang lalu sang bunda harus dipanggil keharibaan sang Khalik. Anak ini waktu itu sedang dalam proses penyusunan skripsi sebagai syarat  kelulusan bagi kuliah strata 1 disebuah Universitas terkemuka dikotanya, terbayang jelas bagaimana bahagianya jika tugas akhirnya dapat diselesaikan tentunya dengan hasil yang sangat memuaskan, namun ada satu ganjalan yang terkadang membuatnya sedih yakni andai saja ibunya akan hadir ketika wisudanya nanti.
Seiring berjalannya waktu sang anak memiliki keinginan untuk memiliki sebuah mobil sport sebagai hadiah special pada wisuda perdananya dari sang ayah, dan keinginannyapun di ungkapkan tatkala dia resmi dinyatakan lulus pada tugas akhirnya dan hanya menunggu beberapa minggu waktu pelaksanaan wisudanya, terbayang jelas dalam benaknya mobil apa yang nanty akan menjadi kado terindah dari manusia yang paling ia sayangi yakni sang ayah, apakah putih warnanya atau merah sebagaimana ia lihat beberapa hari lalu disalah satu show room mobil dekat rumahnya.
Hari sabtu pagi adalah saat yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh mahasiswa yang telah dinyatakan lulus di Universitas tersebut terkhusus bagi sang anak, karena selain akan diwisuda dia juga akan mendapatkan hadiah terindah dari sang ayah. Terpancar wajah yang amat ceria tatkala sang anak menghampiri ayah yang pada waktu itu mengenakan batik cokelat kesayangan dari sang bunda, langsung dipeluk erat tubuh sang ayah yang disambut dengan derai air mata bahagia keduanya.
Suasana harupun usai setelah sang anak menanyakan hadiah apa yang ayah bawakan untuknya ? sebelum menjawab sang ayahpun mengahdirkan senyum khasnya sambil berjalan menuju parkiran tempat motor tuanya berada, sambil mengiringi langkah sang ayah, hati sang anakpun berdebar menerka mobil apakah gerangan. Namun betapa terkejutnya ketika sang ayah mengeluarkan kotak kecil berwarna emas dari dalam tasnya padahal yang ia harapkan adalah sebuah kunci mobil beserta surat-surat lengkapnya, namun ia masih menguasai keadaan dengan berpikir mugkin yang ia harapkan itu ada didalam kotak ini, namun bertambah terkejutnya ia ketika didapati ternyata kotak tersebut berisikan Al Qur’an, tanpa diambil terlebih dahulu ia langsung membuang kotak berisi Al Qur’an tersebut sambil meneteskan air mata ia katakan pada ayahnya, jadi ini hadiah terindah dari ayah ? sang anak merasa amat kecewa sehingga berlari meninggalkan ayahnya yang terpaku sendiri di dekat motornya, padahal ada yang ingin dijelaskan oleh sang ayah.
Sesampai dirumah sang ayah yang masih bingung langsung shock tatkala mendapati surat kecil di atas kasurnya karena berisikan :
      …“untuk ayah yang tidak pernah mengerti apa keinginan anaknya, ayah apakah ayah sadar jika hadiah yang ayah berikan sungguh sangat membuatku kecewa, ayah janji akan meberikan apa yang aku pinta asal aku dapat menyelesaikan kuliahku dengan baik, namun apa yang ku dapat ? Mulai saat ini jangan pernah menganggap aku ini anakmu ! karena aku akan pergi jauh entah kemana dan jangan pernah mencariku”.
Ttd.
Yang dulu pernah menjadi anakmu

      Sang ayahpun jatuh pingsan setelah membaca kalimat terakhir dalam surat itu dan sempat kritis hingga harus dirawat dirumah sakit selama beberapa minggu. Kemudian sang anakpun tanpa tahu tentang kondisi sang ayah ikut merantau dengan kawannya sampai tiga tahun kemudian hingga sukses dan menikah disana bahkan berhasil membeli mobil yang pernah ia impikan dulu. Sampai suatu hari ia ingin membuktikan kepada “mantan” ayahnya bahwa ia pun dapat sukses meski tanpa bantuan dan hadiah dari sang ayah, sehingga ia berencana pulang kembali mengendarai mobilnya dan mengajak istrinya.
      Sesampainya disana, ia melihat betapa kotor dan tidak terpeliharanya rumah atau jangan-jangan ayah sudah menjualnya untuk menikah lagi, begitu pikiran sang anak. Namun lamunannya pun tersadar dengan suara sang istri yang mengatakan bahwa ada tetangga didepan, dan betapa terkejutnya ia setelah mendengar bahwa ayahnya sudah tiada sejak satu setengah tahun yang lalu, kaki sang anak pun langsung lemas dan tak mampu berdiri, suaranya hilang, matanya pun langsung mengalirkan air mata, entah air mata apa itu. Setelah digotong oleh istri dan tetangganya kekamar, sang anakpun mulai bersuara meskipun dengan suara yang parau ia menanyakan sebab meninggalnya ayah, dan tetanggapun mengatakan bahwa ayahnya meninggal tepat satu tahun setelah kepergian dirinya dan struklah yang menghantar ayah pada ujung waktunya.
      Hatinya terasa hancur karena ternyata ialah penyebab segalanya jangankan berterima kasih meminta maaf saja belum ia lakukan sampai sang ayah sudah terbaring untuk selamanya. Setelah sedikit tenang ia pun mencoba masuk kekamar ayahnya mugkin masih bias mengenang betapa bahagianya hidup dia meski tanpa adanya bunda yang sudah tiada sejak ia berumur 7 tahun, namun baginya ayah adalah jiwa yang memiliki dua sosok yakni sosok sebagai ayah dan sosok sebagai bunda sehingga ia tidak pernah kekurangan kasih sayang, namun apa yang ia lakukan sekarang hingga membuatnya ayahnya tiada ???
      Ketika ia duduk dikasur ayahnya matanya pun tertuju pada kotak kecil berwarna emas yang berada di meja rias bundanya, ia pernah melihatnya dulu. Disaat ia menghampiri ia pun melihat surat yang dulu ia peruntukan untuk sang ayah, sungguh begitu tajam kata-katanya menyayat hati ayahnya, anak macam apa aku ini, umpatnya dalam hati. Kemudian setelah itu ia buka kotak emas tersebut dan isinyapun sama yaitu “Al-Quran”, teringat bagaimana ia melemparnya dihadapan sang ayah dan setelah ia buka lembarannya alangkah tercekat hatinya ketika ia melihat bahwa didalam AlQuran tersebut ada sebuah kunci mobil ! air matanya kembali mengalir, kali ini lebih deras. Ia pun langsung berlari ke gudang belakang rumah ternyata benar disana ada mobil ! dan betapa bertambah socknya dia ketika membuka tirainya ternyata itulah mobil sport merah yang ia idamkan yang dulu terpampang mewah di show room setiap kali ia berangkat dan pulang kuliah.
      Penyesalannya pun bertambah besar tatkala ia mengingat kejadian waktu wisuda dulu, andai ia membuka terlebih dahulu AlQuran yang dihadiahkan ayahnya mungkin semua ini tak perlu terjadi. Sungguh pahit kenyataan hidup yang ia rasakan, padahal ayah adalah harta yang tak ternilai harganya, kasih sayangnya, cintanya, sungguh aku adalah anak yang tidak tahu berterima kasih dan aku adalah anak durhaka !!! seraya berteriak.

      Sahabatku, cerita diatas mengisahkan tentang satu masalah dan masih banyak masalah-masalah lain yang ada. Setiap manusia memiliki masalah tidak ada yang dibedakan, yang membedakan hanyalah ada yang mampu menghadapinya dan ada yang takut dengannya sehingga masalah tak pernah terselesaikannya. Padahal kemanapun, dimanapun dan bagaimnapun kita pasti masalah akan senantiasa mengiringi perjalan hidup kita, jangan pernah lari dari masalah karena ketika kita berlalri maka masalahpun tiada pernah berhenti mengejar kita.
      Besar kecilnya masalah diukur dari bagaimana cara kita menghadapi masalah itu sendiri. Ketika kita sadar bahwa tidak mungkin allah memberikan masalah (Cobaan) melewati kadar kapasitas kemampuan hambanya, maka masalah itu akan terselesaikan ketika kita mengahadapinya namun ketika kita lari dari masalah maka sebenarnya kita sedang membuat masalah itu menjadi semakin besar. Setiap penyakit pasty ada obatnya dan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, karena allah dalam menciptakan selalu memiliki pasangan, ada kaya ada pula miskin, senang sedih, tua muda, besar kecil,   dipermaslahkan melainkan untu menambah keyakinan kita bahwa hanya Allahlah yang tiada berbanding.
      Semakin tinggi kedudukan seseorang maka akan semakin berat juga tantangan yang diberikan Allah kepadanya, ibarat sebuah pohon maka semakin tinggi pohon maka akan semakin kencang pula angin yang menerpanya bukan hanya bisa membuat pohon itu bergoyang namun juga bisa membuatnya tumbang. Untuk itulah kenapa Allah menciptakan masalah tidak lain tidak bukan melainkan untuk menjadikan pendewasaan bagi hamba-hambanya, agar semakin sabar dan tabah dalam menjalankan hidup didunia ini.
Saya akan mengutip sebuah pernyataan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib yang mengatakan bahwa Jangan pernah mencoba untuk menyerah dan juga jangan pernah menyerah untuk mencoba. Jangan sekali-kali mengatakan kepada Allah bahwa aku memiliki masalah besar tetapi katakanlah kepada masalah bahwa aku memiliki Allah yang Maha Besar. Terakhir, sadarlah bahwa tantangan datang bukan untuk ditakuti melainkan untuk ditakluki.
Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamth Tharieq.

Komentar