MENGUATKAN HATI


Dalam kehidupan kita sering kali dibuat lalai oleh kilauan gemerlapnya dunia. Ada yang terpana lalu mengikutinya ada pula yang memilih untuk bertahan dan menyadari bahwa dunia adalah sementara. Karena hidup itu pilihan maka kita boleh memilih diantara keduanya, meski dengan segala konsekuensinya.

Memilih jalan yang pertama secara tidak langsung memang indah dan mengasyikkan namun bukankah kita sering kali dijenuhkan pada situasi yang melulu memaksa kita untuk terus berkejaran dengan sesuatu yang tidak pernah habis, yang menginginkan kekayaan akan terus menerus mencari kekayaan yang tiada pernah ada akhirnya, yang sudah memiliki satu ingin memiliki dua, yang sudah memiliki dua ingin memiliki tiga dan seterusnya. Yang menginginkan jabatan akan terus mencari posisi lebih tinggi dari jabatannya hari ini, yang sudah tinggi hari ini akan mencari posisi lebih tinggi dikeesokan harinya, selalu berulang seperti itu.

Semua orang berbondong-bondong untuk mengejar sebuah istilah yang mereka sebut “kesuksesan." Bekerja keras sepanjang hari tanpa mengenal lelah. Mengorbankan waktu dan tenaga hingga bertemu dengan impian. Meski peluh bercucuran. Tubuh diterpa angin dan hujan. Kaki akan tetap melangkah pada jalan yang ditentukan. Tak peduli aral merintang yang silih berganti untuk menahan.

Tetapi jika yang kita pilih adalah jalan yang kedua maka kita akan dihadapai oleh situasi yang serba terbatas dan tertahan, ada aturan yang harus kita ikuti dan ada rambu yang harus kita taati. Bukan mengekang namun membatasi dan menjaga bahwa dalam segala sesuatu jika dilakukan secara berlebihan maka  pasti akan ada sisi negatif yang timbul kemudian.

Sebagai seorang muslim kita sudah akrab dengan penjelasan diatas hanya saja kita sering kali terlupa, dan yang akan menyadari kita bahwa kita keliru memilih jalan adalah ketika kita merasakan kehilangan dan kehampaan. Bahwa apa yang kita miliki tidaklah kekal dan kita akan merasakan kehilangan, lalu apa yang selalu kita inginkan tidak melulu kita dapatkan  dan kita akan merasakan kehampaan, namun pada kesemua itu selalu meninggalkan hikmah jika kita mau merenunginya.

Setiap dari kita pasti pernah merasakan kehilangan. Entah itu kehilangan orang tersayang, kesehatan, harta, jabatan atau yang lainnya. Oleh karena kita hidup didunia, maka konsekuensi akan kehilangan itu semua pastilah ada, karena kita menyadari bahwa tidak ada satu pun yang kekal didunia selama ini. Semua dari kita pasti merasa amat bahagia ketika berada bersama berkumpul dengan orang-orang yang kita sayangi namun juga tidak selamanya kita akan berkumpul bersama disini, bukan berarti Allah tidak menyayangi namun Allah hanya sekedar menguji didunia dan membuka peluang secara nyata bahwa orang-orang yang dengan sabar menerima segala ujian dari-Nya akan dikekalkan kelak diakhirat bahkan bersama-sama berkumpul dengan orang-orang yang mereka sayangi didunia. Keinginan yang belum ia miliki akan bisa didapatkan kelak asal mau mengikuti dan menerima segala ketetapan yang menjadi hak prerogatif dari Sang Khalik.

Sedih memang ketika kehilangan sesuatu yang kita miliki, bahkan pasti sakit rasanya kehilangan orang yang kita sayangi. Namun kita juga harus mengerti bahwa Allah tidak akan pernah memberikan cobaan dan ujian kepada hamba-hambanya melebihi batas kemampuan dan kesanggupan kita semua. Dan sering kali Ujian berat itu akan melekat pada orang-orang yang hebat. Karena Allah tahu bahwasanya kita kuat, kita sanggup meski harus tertatih untuk kembali bangkit, meski harus terperih untuk melawan sakit.

Butuh waktu untuk menyembuhkan luka, meski tidak akan mengembalikan seperti semula setidaknya tanpa kita sadari terkadang Allah memberikan ganti atas apa yang hilang dengan bentuk atau rupa yang lain. Bahwa hidup yang akan terus kita jalani tetap harus berjalan sebagaimana mestinya. Bahwa kebaikan yang terus kita semai akan berbuah sebagaimana mestinya. Bahwa ketegaran yang coba kita bangun akan menginspirasi banyak orang untuk tetap bangkit sesakit apapun luka itu, sebesar apapun kehilangan itu. (HM)

 

Komentar