BAHAGIA DENGAN APA YANG KITA MILIKI


Kebahagiaan adalah emosi yang kompleks dan sering kali sulit dipahami yang dikejar oleh manusia tanpa henti. Ini adalah keadaan pikiran yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, dari keadaan hidup hingga watak pribadi. Banyak orang percaya bahwa kebahagiaan bergantung pada perolehan yang lebih banyak, mencapai tujuan yang lebih tinggi, atau mengumpulkan kekayaan yang lebih besar. Namun, ada kebenaran mendalam yang sering terabaikan yakni kebahagiaan sejati ternyata dapat ditemukan dengan menghargai apa yang sudah kita miliki saat ini.

Mengejar kebahagiaan sering kali membuat orang terus mencari lebih banyak lagi. Pada era ini, kita dibombardir dengan pesan-pesan yang menunjukkan bahwa kita amat membutuhkan gadget tercanggih, fashion termahal, atau harta benda terbaru untuk merasa puas. Meskipun hal-hal ini secara manusiawi dapat memberikan kesenangan sementara, namun jarang sekali mengarah pada kebahagiaan yang hakiki. Treadmill hedonis, sebuah fenomena psikologis, menunjukkan bahwa ketika kita memperoleh lebih banyak, maka ekspektasi kita meningkat, dan kita akan terus-menerus membutuhkan lebih banyak untuk mempertahankan tingkat kepuasan yang sama. Siklus yang tak berujung ini dapat menjebak kita dalam keadaan ketidakpuasan yang terus-menerus. Buya KH. Burhanuddin Marzuki pernah berpesan bahwa ada 2 hal didunia ini yang tak akan pernah habis dikejar namun yang pertama merupakan kebaikan yaitu ilmu dimana semakin kita belajar maka kita akan semakin merasa haus dan keduanya adalah keburukan, yaitu harta dimana semakin kita kejar maka akan selalu membuat kita merasa “lapar”.

Sejatinya, menemukan kepuasan dalam apa yang kita miliki menawarkan jalan menuju kebahagiaan yang hakiki. Menghargai orang-orang yang ada disekeliling kita, pengalaman dalam kehidupan, dan harta benda yang saat ini kita miliki, dapat menghasilkan rasa kepuasan dalam bingkai qana’ah yang mendalam. Coba sejenak kita merenung dan merefleksikan akan segala nikmat yang dianugerahi Tuhan kepada kita, niscaya kita akan dapati bahwa betapa banyak hal yang patut kita syukuri. Praktek bersyukur ini dapat mengalihkan fokus kita dari apa yang kita rasa kurang dengan besarnya keberlimpahan nikmat yang ada di sekitar kita.

Salah satu prinsip dasar untuk menghargai apa yang kita miliki adalah kesadaran penuh. Dengan hidup kita saat ini dan banyak terlibat dengan lingkungan sekitar, sebenarnya kita dapat memperoleh kegembiraan dari kesenangan hidup yang sederhana. Tak muluk-muluk, entah itu ketika kita berkumpul dengan keluarga dalam keadaan sehat, berada dibawah bimbingan guru dan orang-orang yang menyayangi kita, atau berada pada circle pergaulan yang selalu membangkitkan kita untuk dapat terus melakukan kebaikan demi kebaikan. Pengalaman-pengalaman inilah yang dapat membawa kita pada kebahagiaan tulus. Tidak perlu membandingkan kebahagiaan yang orang lain punya. Karena sejatinya kebahagiaan selalu memiliki standar ganda dan tidak pernah pasti ! kadang yang menurut kita sepele ternyata istimewa bagi orang lain, kadang yang menurut orang lain bahagia menurut kita justru biasa saja, ini karena bahagia tidak ada standar ukurannya. Bayangkan, rumah kecil yang kita huni saat ini mungkin terkesan biasa saja namun bisa jadi rumah itulah yang diinginkan oleh orang-orang diluaran sana yang saat ini belum memiliki tempat tinggal.

Terakhir, tulisan ini mengingatkan saya pada Rasulullah SAW yang juga pernah berpesan dalam satu sabdanya : “Lihatlah (dalam urusan nikmat) kepada orang yang ada dibawahmu dan jangan melihat kepada orang yang berada diatasmu”. Jika apa yang dipesankan oleh Rasulullah SAW ini kita gunakan dalam lakon kehidupan kita sehari-hari niscaya kita tidak akan pernah mengeluh dan senantiasa mensyukuri atas apa yang telah kita miliki pada saat ini tanpa harus memaksa Tuhan untuk selalu memenuhi apa yang belum kita miliki. (HM)

Komentar