Lokasi: Saung di dekat pesantren, sore hari. Santri, Ali, berteduh duduk bersandar ditepian saung di bawah pohon ceri sambil memandangi air hujan yang mulai mereda.
Ali | : | (berbisik) Buya, Ali tahu Buya selalu bilang, “Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.” Tapi, jalan yang mana, Buya? Semua jalan di sini buntu, macet terus kayak jalan di stasiun citayem. |
Buya | : | (terdengar seperti angin berbisik) Sabar, Ali. Di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Ingat, sepeda juga butuh dikayuh supaya bisa jalan. |
Ali | : | (tersenyum kecil) Iya sih Buya, tapi ini kayaknya Ali lagi naik sepeda di gunung. Tanjakan terus dan sering ketemu jalan buntu. |
Buya | : | (tertawa ringan) Itulah hidup, Li. Kalau semuanya datar terus dan tanpa tantangan, kamu kapan bisa kuatnya ? |
Ali | : | Betul juga, Buya. Tapi kadang-kadang Ali merasa lelah. Ngomong-ngomong, di surga sana ada yang bikinin Buya Kopi? Pengen bikinin kopi buat Buya lagi. |
Buya | : | Kalau di sini mah, Li, kopi selalu ada, nah mumpung tentang kopi ada hikmah tentang kopi dan gula nih Li. Jika kopi terlalu pahit, Siapa yang salah? |
Ali | : | Gula lah yang di salahkan karena terlalu sedikit hingga rasa kopi pahit Buya. |
Buya | : | Jika kopi terlalu manis, Siapa yang disalahkan Li? |
Ali | : | Gula lagi karena terlalu banyak jadi "Rasanya" kopi terlalu manis |
Buya | : | Nah sekarang, Kalau takaran kopi & gula pas, Siapa yang di puji...? Tentu semua akan berkata... kopinya mantaaap bukan ? |
Ali | : | (Sambil termenung) Owh iya ya Buya, terus peran gulanya jadi hilang padahal kalo gak pas gula yang disalahin. |
Buya | : | (tertawa kecil) begitulah hidup, tak ada apresiasi tak mengapa yang penting kita sudah berkontribusi dan melakukan yang terbaik, selebihnya mau dibilang apa terserah, ikut bagaimana Allah saja |
Ali | : | Labbaik Buya. Tapi tanpa Buya, rasanya gimana gitu... kaya ada yang kurang. |
Buya | : | Li, Pesantren ini akan selalu berdiri kokoh apapun yang terjadi. Buya sudah meletakan dasar-dasar yang cukup untuk dilanjutkan dan dikembangkan. Jika sistem sudah berjalan stabil maka tidak selalu ketergantungan dengan sosok. Pesantren ini tetap akan ramai dengan suara dan tawa para santri ketika belajar. Kamu harus ingat, meskipun Buya tak ada secara fisik, tapi Buya bisa melihat dan yakin kalo penerus Buya dan para santri semuanya mampu melakukan yang terbaik untuk Qotrun Nada kedepan |
Ali | : | Labbaik Buya, terus ada tips nggak biar Ali bisa sehebat Buya dalam menghadapi segala permasalahan ini? |
Buya | : | Ada dong… Pertama, Jangan buat masalah, jika terlanjur berbuat masalah maka yang kedua jangan lari dari masalah, dan ketiga jadilah pemecah masalah bukan malah menjadi beban masalah. Berat memang tapi hidup akan selalu seperti itu. Kemudian terakhir jangan pernah merasa sendiri karena Allah selalu bersama kita dan yakinlah bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan kita. |
Ali | : | (mengangguk) Ali akan ingat itu, Buya. Terima kasih. Oh ya, di sana Buya sudah bertemu dengan Nabi Khidir belum? Ali dengar beliau itu guru yang baik juga. |
Buya | : | (tertawa) Oh, tentu. Kami sering ngopi bersama. Beliau juga punya banyak cerita yang bisa membuatmu tertawa dan belajar lebih banyak lagi. |
Ali | : | Wah, kapan-kapan Ali pengen denger cerita dari Buya lagi. Pasti seru! |
Buya | : | Kapan saja, Li. Kamu tinggal panggil nama Buya dalam doa, dan Buya akan ada untukmu. |
Ali | : | InsyaAllah, Buya. Semoga saya bisa menjalankan amanah ini dengan baik. Buya jangan bosen dengerin keluh kesah Ali yah dan makasih banyak Buya atas nasihatnya |
Buya | : | Amin, Semangat terus ya Li, mengeluh manusiawi kok gak apa-apa, asal jangan terlalu sering aja (sambil tersenyum) |
Ali | : | (Tersipu malu) Labbaik Buya siap ! |
(Dialog berakhir ketika hujan reda dan Ali berdiri, mengambil napas dalam-dalam, dan kembali ke pesantren dengan langkah yang lebih ringan, penuh semangat dan ketenangan hati.). HM.
Komentar
Posting Komentar