UJIAN SEBAGAI ALAT UKUR MANUSIA

Dalam mengukur segala sesuatu dibutuhkan alat ukur yang sesuai dengan objek yang akan diukur. Jika mengukur berat atau massa maka alat ukur yang dibutuhkan adalah timbangan, jika mengukur panjang sesuatu maka alat ukur yang dibutuhkan adalah meteran. Jangan sampai antara alat pengukur dengan objek yang diukur tidak sesuai. Misal jika ingin mengukur berat maka jangan menggunakan alat meteran karena hasilnya pasti tidak akan menggambarkan apa yang kita inginkan. Begitupun dalam mengukur kualitas manusia maka dibutuhkan alat pengukur yang sesuai agar kemudian dapat memberikan hasil gambaran tentang kualitas manusia tersebut. Allah berfirman dalam Al Baqarah 155-157 bahwa salah satu alat untuk mengukur kualitas seorang manusia adalah yang akan mendapatkan “Ampunan dan Kasih Sayang Allah” yaitu dengan Ujian yang ditimpakan kepadanya.

Semakin tinggi standar kualitasnya seorang manusia maka semakin tinggi pula level ujian yang akan diberikan Allah kepada-Nya. Manusia-manusia yang hari ini kita lihat tidak pernah berhenti mendapatkan musibah sebenarnya adalah manusia pilihan yang ingin dinaikan “derajatnya” oleh Allah. Maka jangan pernah menyerah jika merasa bahwa masalah yang dihadapi tidak pernah selesai dan selalu saja datang yang baru. Jangan pernah berburuk sangka pada Sang Pencipta bahwa ujian itu datang sebagai siksaan untuk kita karena bisa saja itu adalah cara Allah untuk memberikan ruang agar kita naik ke level berikutnya.

Hidup ini adalah kompetisi maka siapa yang sanggup melewati babak per babak maka dialah yang akan sampai di final dan akan menjadi pemenangnya, dan pada setiap babak lanjutan pasti akan dipertemukan dengan challenge yang semakin berat dan menantang. Kurang lebih seperti itulah dimensi masalah yang ada dalam kehidupan kita. Semakin tinggi “babaknya” semakin berat lawan atau tantangannya. Pasti akan ada yang tereliminasi, pasti akan ada yang menyerah namun Allah selalu memberikan kasih sayangnya sehingga kita tidak otomatis gugur dalam proses mencapai babak final yang berhadiahkan “Maghfiroh dan Rahmah-Nya” akan selalu ada Extra Time atau perpanjangan waktu pada setiap babak ujian dan jika memang belum maka masih akan ada kompetisi selanjutnya lewat masalah-masalah yang akan kembali datang dan menghampiri.

Kunci dari itu semua adalah jangan pernah lari dari masalah atau ujian yang diberikan kepada kita. Ketika kita mencoba lari maka jangan berharap ujian dan masalah itu akan selesai dengan sendirinya, karena hanya kita sendiri dan sikap kita terhadap masalah tersebutlah yang mampu menyelesaikannya. Bersandar kepada Allah dengan sepenuh pengharapan atas segala ikhtiar yang sudah kita lakukan dan berprasangka baik bahwa ujian atau masalah yang saat ini kita hadapi adalah bagian dari kesempatan yang diberikan Allah kepada kita agar mampu mencapai babak selanjutnya dalam kehidupan kita, yang pada akhirnya akan membawa kita pada sebaik-baiknya hadiah yang telah disiapkan Allah SWT. Amien. (HM)

Komentar